03 July 2009

Pria Dan Perkataannya



Kita hidup di zaman di mana kata-kata tidak bermakna sama seperti dulu. Namun bahasa kita telah dicemari begitu lama sehingga kita bahkan tidak menyadarinya. Apa yang dulu disebut ‘membunuh janin' sekarang disebut ‘pilihan'. Apa yang dulu dikenal sebagai ‘hidup dalam dosa' sekarang disebut ‘hubungan penuh arti'. Apa yang dulu disebut ‘hubungan seksual' sekarang disebut ‘sikap tidak pantas'.

Bagaimana mungkin kita menjadi sekacau ini? Kapan kita mulai membalikkan makna kata-kata?

Kita perlu menegaskan kembali makna sesungguhnya dari kata-kata karena kata-kata memang bermakna sesuatu. Pemantangan nafsu seharusnya tidak menjadi frase yang menyebabkan para remaja yang senang mengunyah permen karet menyeringai. Kesetiaan dalam pernikahan seharusnya tidak dianggap kata peninggalan zaman Victoria - justru seharusnya itu dijunjung tinggi sebagai tujuan yang luhur.

Pikirkan saja: Kalau para politisi bisa dikelilingi oleh para jubir politik, kenapa kita tidak bisa dikelilingi Firman TUHAN? Saya mendapati dengan kita terus-menerus membaca Amsal, itu merupakan cara yang dahsyat untuk tetap berpegangan pada makna yang sesungguhnya dari kata-kata. Apa yang lebih terus terang dan tepat sasaran ketimbang menyimak apa yang ingin Allah katakan? Perhatikan contoh-contoh ini:

  • Harga diri, nafsu dan tindakan jahat adalah dosa.
  • Pria bijak menabung demi masa depannya, tetapi pria bodoh menghabiskan semua penghasilannya.
  • Seorang pria dinilai dari tindakannya. Seorang pria jahat menjalani hidup yang jahat; seorang pria saleh menjalani hidup saleh.
  • TUHAN benci berbagai macam penipuan dan ketidakjujuran.

Ini adalah pernyataan-pernyataan langsung, bukan? Tidak ada dalih dan tidak ada pembalikan makna. Kapan pun Anda merasa dunia telah mencemari makna sederhana dari kata-kata, berpalinglah kembali pada firmanNya yang nyata. Kita bisa percaya diri bahwa ketika Alkitab memberitahu kita bahwa TUHAN tetap sama baik kemarin, hari ini, dan besok, itu artinya IA tak pernah berubah. Dia sudah menjanjikan itu pada kita.

  • Allah Bapa tidak suka bertele-tele.
  • Bapa tidak bermain-main dengan kata-kata.
  • Bapa tidak membolak-balik kata untuk mengubah artinya.
  • Saat Bapa berkata Ia mengasihimu, IA bersungguh-sungguh.
  • Saat Allah Bapa berkata IA sudah mengampunimu, IA pun bersungguh-sungguh.
  • TUHAN berbicara dengan terus terang.
  • Dan sebaiknya para pria saleh pun bersikap begitu.

No comments:

Post a Comment

silahkan isi Comment Anda :