25 June 2009

Ketekunan Membuat Sukses di Usia Muda


P-man adalah usaha pisang goreng yang sangat sukses sejak tahun 2006. ternyata dibalik kesuksean P-man terdapat seorang yang memiliki masa lalu yang buruk. Purwan adalah korban perceraian kedua orangtuanya. Ia hidup tanpa pengharapan. Ia tinggal bersama tantenya. Disana ia diperlakukan lebih rendah dari pembantu. Walaupun ada pembantu tapi tetap ia disuruh untuk membersihkan rumah. Mengepel, menyapu dan mengerjakan pekerjaan pembantu. Bila ingin makan, ia harus menunggu semua anggota keluarga selesai makan, baru ia diberi makanan sisa dan itu hanya nasi dan kecap asin, begitu setiap hari.

Pada saat itu ia merasa bila tinggal dengan orang lain berarti tidak dapat menjadi bagian dari keluarga itu. Merasa tidak tahan dengan perlakuan tantenya, Purwan akhirnya dipindahkan ke tempat tantenya yang lain. Dirumah tantenya, ia diperlakukan tidak jauh berbeda. Ia mulai disbanding-bandingkan dengan kokoh-kokohnya yang pandai dalam pendidikan mereka. Pada saat itu ia merasa minder dan gambar dirinya hancur. Merasa tidak punya nilai lagi dalam hidup.

Ia menangis sejadi-jadinya. Ia mulai bertanya-tanya mengapa ia mengalami hal seperti ini, ia menyalahkan dirinya sendiri. ia teringat apa kata tantenya bahwa ibunya sudah tidak bisa apa-apa lagi, maka ia mharus berhasil dalam hidupnya. pada saat itu kepercayaan dirinya mulai terbentuk. Ia melakukan pembuktian diri. Pada kelas 6 SD ia Purwan mulai berjualan nasi goreng di sekolahnya. Ia lanjutkan usahanya pada ia masuk SMP. Ia tidak peduli harus naik angkutan umum dan membawa boks makanan yang banyak. Pada awalnya ia merasa minder pada teman-temannya karena harus berjualan, tetapi karena teman-temannya tidak pernah mengejek, iapun menjadi lebih percaya diri.

Akhirnya pada usia 17 tahun, saat ia duduk di bangku SMA ia mengikuti suatu MLM (Multi Level Marketing). Ia menjadi manajer dengan cepat. Dengan usia muda ia sudah mempunyai penghasilan yang sama dengan lulusan S1 yaitu 1,5 juta. Ia merasa sudah bangga dengan semua itu. Tetapi pertemuannya dengan Andi Sutanto membukakan pandangannya. Andi berkata bahwa apapun dapat dipelajari, tetapi ada satu hal yang ia punya dan Purwan tak punya, dengan sangat yakin ia berkata bahwa Purwan harus punya Yesus. Pada saat iru reaksi dari Purwan hanya meremehkan, ia menganggap bahwa semua orang juga punya Tuhan.

Tetapi karena rasa penasarannya, Purwan akhirnya mengikuti suatu ibadah pemuda. Pada saat itu Purwan mendapat suatu prinsip bahwa kalau Tuhan dapat memelihara burung, pasti Tuhan pasti bisa memelihara hidupnya. purwan mempunyai mimpi yang sangat besar. Ia ingin menjadi pengusaha muda, ingin memiliki mobil dan menjadi direktur pada usia 20 tahun. Itu sudah menjadi rhema dalam hidupnya.

Harapan tinggal harapan. Ternyata usahanya di MLM hancur berantakan. Purwan harus hidup di jalan dan tidur di pos satpam ataupun warung. Ia merasa hidupnya sudah tak berpengharapan. Tetapi ditengah keresahannya ia mendapatkan sms dari temannya danmemberikan ia ayat Alkitab yang terdapat dalam Roma 5:3-4 "Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan."

Ayat itulah yang mulai menguatkannya. Ia sadar bahwa semua ini adalah cara Tuhan supaya ia dapat tahan uji dan akan mendapat pengharapan. Lalu ia terungat pada suatu peristiwa pada saat ia ingin membeli gorengan, ia harus antri dan orang-orang berbondong-bondong untuk mengantri. Ia mendapat ide untuk membuat gorengan yang dapat membuat orang antri membelinya.

Dengan semangat yang baru, ia memberanikan diri untuk meminjam modal pada tantenya. Tantenya meremehkan usahanya dan menyayangkan mengapa ia harus jadi tukang gorengan padahal tantenya sudah menyekolahkan samapi SMA. Purwan tetap dengan tekadnya. Ia maju. Pada tahun 2005 ia mulai membuka usahanya. Ia mencari resep. Walaupun ia ragu tetapi ia maju terus. Penghasilan awalnya hanya Rp. 70.000. ia mengubah lagi resepnya dan mencari resep apa yang kira-kira akan menarik bagi pelanggannya. Akhirnya pada tahun 2006 P-Man siap dan diresmikan. Purwan menjadi direkturnya

Pada awalnya ia merasa tidak percaya dengan semua ini tetapi semua adalah nyata. Ia menjadi direktur di perusahaannya sendiri pada usia 20 tahun. Pada tahun 2006 P-Man dibeli franchisenya di Jogjakarta sebesar 250 juta, dan pada tahun 2007 ada investor yang ingin membuka 50 outlet di Banjarmasin. Bukan hanya itu, Purwan juga membuka resto yang bernama Bebek Desa yang tidak kalah ramainya pula.

Purwan mengaku bahwa apa yang ia punya sekarang adalah bukan hasil usahanya namun kaena kasih karunia Tuhan. Semua mimpinya terpenuhi. Ia mendapat penghasilan 10 kali lipat dari mimpinya, ia memiliki mobil persis seperti impuiannya. Ia hanya punya hati untuk mengelola semua yang Tuhan percayakan kepadanya. Semua milik Tuhan.

(Kisah ini ditayangkan 24 Juni 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

sumber kesaksian:

Purwan Habibi

Gambar Diri



Pada tanggal 4 desember 1982 lahir di Melbourne Australia seseorang dengan kelainan yang sangat jarang Tetra-amelia (Tetra-amelia syndrome is a very rare disorder characterized by the absence of all four limbs.), limbless, lahir tanpa kedua langan dan hanya memiliki kaki kecil dengan dua jari disana.

Karena memiliki cacat yang seperti itu, dia mengalami pelecehan terus menerus, yang membuatnya depresi hebat. Pada umur delapan tahun dia mulai berpikir untuk bunuh diri karena keadaannya. Setelah terus menerus memohon agar Tuhan menumbuhkan tangan dan kakinya akhirnya dia mulai mennyadari bahwa apa yang dialaminya dapat memberikan inspirasi bagi banyak orang.

Kunci dari titik balik kehidupannya adalah ketika ibunya menunjukkan kepadanya sebuah artikel tentang seseorang yang bisa mengatasi dan menjalani hidup meskipun memiliki cacat yang serius. Dan hal ini membuatnya sadar bahwa dia bukanlah satu-satunya orang yang mengalami pergumulan yang berat.

Orang ini lulus pada usia 21 tahun dengan dua gelar, Accounting dan Financial Planning. Kemudian dia mulai berkeliling menjadi pembicara motivasional yang memiliki fokus pada permasalahan remaja. Dia juga menjadi pembicara di sektor korporat, dan sampai hari ini dia telah berbicara dihadapan lebih dari 2 juta orang di 19 negara di empat benua ( Afrika, Asia, Australia dan Amerika Utara)

Orang tersebut bernama Nick Vujicic.

Beberapa hari ini, saya sungguh-sungguh sedang terus menerus, berpikir tentang satu topik yang ingin saya bagikan ke semua orang yaitu GAMBAR DIRI.

Robert Schuller menulis seperti ini tentang gambar diri

"You are not what you think you are. You are not what other people think you are. You are what you think other people think you are."

Terjemahan bebasnya begini:

"Kamu bukanlah apa yang kamu pikir tentang diri kamu. Kamu juga bukanlah apa yang orang lain pikir tentang diri kamu. Kamu adalah apa yang kamu pikir orang lain pikir tentang diri kamu."

Joel Osteen menuliskan "Gambar Diri adalah suatu perasaan jauh didalam diri anda tentang siapa diri anda sebenarnya.

Berkali-kali saya membaca, mencari artikel, bahkan belajar dan mengajar tentang gambar diri, saya menemukan gambar diri adalah apa yang kita percaya tentang diri kita. Ini bukanlah bagaimana bentuk fisik kita, bukan pula siapa orang tua kita, bukan pula latar pendidikan kita, ini adalah apa yang kita percayai tentang diri kita.

Kepercayaan inilah yang akhirnya menjadi tuntunan - entah sadar atau tidak - dalam hidup kita untuk menemukan tujuan hidup kita. Saat kita memiliki Gambaran yang positif tentang diri kita, maka hal tersebut akan membawa kita pada arah yang positif dalam menjalani hidup kita. MEmbuat kita lebih mudah bersikap positif tentang segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Dan membuat kita lebih mudah untuk berbahagia dalam menjalani hidup.

Kepercayaan ini akan termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga orang-orang akan memiliki persepsi yang sama terhadap diri kita. Dan itulah yang kemudian menjadi pandangan mereka tentang diri kita.

Ada orang yang datang dan mengeluh kepada saya, bahwa dia merasa orang tidak menghargai dirinya. Dia menceritakan tentang bagaimana perlakuan orang lain terhadap dirinya. Setelah mendengar ceritanya, saya berkata bahwa mungkin dia sendiri yang tidak menghargai dirnya sendiri. Sehingga orang lain juga melakukan yang sama. Dia terdiam. Kemudian saya bertanya kembali kepadanya tentang konsep orang yang penting yang dihargai, setelah berpikir beberapa saat dia menjawab, orang tersebut bertanggung jawab, orang tersebut tahu situasi dan kondisi dengan baik, bisa menempatkan diri, orang tersebut memiliki sesuatu yang menonjol jika dibandingkan dengan orang kebanyakan.

Saya akhirnya bertanya balik sudahkan kamu menghargai dirimu?? Dia diam dan bingung tampaknya, saya kemudian bertanya lebih jauh, apakah kamu bertanggung jawab? Jika ada hal yang dipercayakan kepadamu hal tersebut pasti selesai? apakah kamu menempatkan diri dengan baik. Tahu situasi dan kondisi. Atau juga apakah dia bekerja keras mengembangkan bakat dan potensi yang dia miliki sehingga dia menjadi orang yang menonjol? Jika kamu tidak melakukan hal tersebut, maka sebenarnya kamulah yang mulai tidak menghargai dirimu sendiri, sehingga orang lain menjadi juga tidak menghormati dan menghargai kamu.

Gambaran akan diri Anda, yang Anda percayai akan menciptakan branding yang luar biasa terhadap diri Anda

Seperti strategi marketing kira-kira, saya masih ingat dulu didaerah saya ada yang memproduksi kecap, dan semua kecap itu membranding dirinya dengan slogan "Kecap No 1", Sama seperti bagaimana branding yang dilakukan pada stasiun televisi. Jika ingin lihat berita kita akan ingat CNN atau METRO TV untuk media lokal, Musik dan Video pasti kita akan ingat MTV, Film-Film Bagus kita akan ingat HBO.

Dari sejak semula bukan kita yang memberikan penilaian bahwa MTV adalah music television sehingga akhirnya mereka menjadi seperti itu. Mereka yang MEMBUAT GAMBARAN tersebut dalam stasiun tersebut, sehingga akhirnya kita juga mempunyai pendapat yang sama. Padahal mungkin awalnya mereka juga tidak sehebat sekarang, tapi mereka mulai menciptakan dan mempercayai gambar diri ( baca = branding ) dalam stasiun mereka.

http://japheto.blogspot.com/

Movie Review : GARUDA DI DADAKU

Image

Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku
Kuyakin hari ini pasti menang
Kobarkan semangatmu, tunjukkan mobilitasmu
Kuyakin hari ini pasti menang

Lagu “Garuda di Dadaku” adalah lagu yang selalu dinyanyikan PSSI (timnas sepak bola Indonesia) setiap akan bertanding. Lagu ini notasinya diambil dari lagu daerah asal Papua, Apusé.

Meski sepak bola merupakan olahraga dan hiburan rakyat Indonesia, namun ada semacam pemikiran pada sebagian orang-orang Indonesia bahwa menjadi pemain sepak bola identik dengan hidup miskin dan tidak punya masa depan. Dalam film ini, pemikiran itu pula yang selalu terlontar pernyataan-pernyataan Kakek Usman (Ikranegara) agar Bayu (Emir Mahira), cucunya itu tidak akan menjadi pemain sepak bola seperti ayahnya. Melalui film ini, ada pesan khusus kepada kita semua, bahwa kita perlu mengapresiasi olah-raga sepak bola dan para pemainnya. Melalui sepak bola nasional, kita mengenal salah satu atlit cerdas yang dimiliki Indonesia, Bambang Pamungkas dan masih banyak deretan nama-nama lainnya yang menjadi icon timnas PSSI di masa lalu .

Bayu, 12 tahun yang masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar, menghadapi dilema menyenangkan kakeknya atau meraih mimpi dalam hidupnya menjadi pemain sepak bola hebat. Setiap hari Bayu secara diam-diam berlatih sepak bola sendiri dengan penuh semangat, ia menggiring bola menyusuri gang-gang di sekitar rumahnya sambil mendribble bola “rolling-rolling” untuk sampai ke lapangan bulu tangkis bermain dengan anak-anak lainnya. Beruntung Bayu mempunyai sahabat yang bernama Heri (Aldo Tansani) si penggila bola, Heri selalu mendorong agar Bayu untuk masuk Tim Nasional U-13 yang nantinya akan mewakili Indonesia berlaga di arena internasional.

Dengan dukungan sahabatnya ini, Bayu menjadi pantang menyerah untuk meraih mimpinya menjadi pemain sepak bola. Dibantu teman baru bernama Zahra yang misterius, Bayu dan Heri harus mencari-cari berbagai alasan kepada Sang Kakek, agar Bayu dapat terus berlatih sepak bola. Tetapi hambatan demi hambatan terus menghadang mimpi Bayu ini, dan bahkan persahabatan tiga anak itu terancam putus. Konflik inilah yang dikemas secara apik oleh sang penulis dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan, semangat hidup dan persahabatan yang terjalin erat diantara anak-anak dari kelas sosial yang berbeda.

Bayu, Heri dan Zahra (Marsha Aruan) adalah anak-anak yang mempunyai kendalanya masing-masing, namun mereka bukanlah tipe anak-anak yang loyo, yang gampang menyerah. Heri meski ia cacat tetapi justru menjadi motivator handal bagi Bayu, Zahra dari kalangan jelata pun mempunyai potensi yang bisa diandalkan dengan jiwa seninya. Bayu menghadapi ambisi besar sang Kakek dan harus menjadi anak yang penurut, namun di balik itu, ia justru melakukan sebuah pemberontakan karena ia mempunyai mimpi dan ambisi yang lebih besar untuk menjadi pemain sepak bola. Dan pada akhirnya mimpi Bayu yang kuat ini, berakhir pada kebahagiaan. Lewat kerja keras dan dukungan sahabat-sahabat yang memicu semangatnya dan sekaligus usaha mendapat restu dari sang Kakek.

Garuda di Dadaku adalah film Indonesia yang bagus dan mendidik, Ikranegara menampilkan figur kakek yang sesuai dengan karakter cerita. Ari Sihasale melakukan totalitas karakter sebagai seorang pelatih sepakbola. Dan ada haru, kadang juga jenaka dan tawa. Pada bagian ini, apresiasi, layak diberikan kepada Ramzi, yang berperan sebagai Bang Duloh. Apresiasi khusus kepada Aksan Sjuman dan Titi Sjuman, pasangan suami istri ini menghadirkan music score yang bagus sekali, yang mampu membawa para penonton pada suasana batin yang riuh dan gempita. Dengan musik itu, membawa mata kita memandang bagaimana Bayu, sang pemain bola cilik itu menggiring bola di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Bola, bila sudah dalam penguasaan kakinya sulit direbut lawan. Kaki Bayu seolah mencengkram bola itu sekuat burung Garuda. Aksan dan Titi Sjuman memilih scoring musiknya ini ditampilkan oleh Beijing Simphony Orchestra di Beijing, China.

Selain pesan-pesan pendidikan, semangat pluralitas dan persahabatan ditampilkan secara lugas. Dalam film ini juga membawa kembali pesan-pesan bagi anak-anak kita untuk kembali mengingat akan lambang negara kita Garuda Pancasila yang tertera jelas pada seragam timnas PSSI. Pancasila sebagai falsafah dasar bernegara dan berpedoman hidup bangsa Indonesia pada masa sekarang ini sedikit demi sedikit telah ditinggalkan dalam sistem pendidikan di Indonesia ini. Sehingga banyak perilaku remaja masa sekarang yang tidak mencerminkan pribadinya sebagai warga Indonesia yang berasaskan pancasila. Melalui “Garuda di Dadaku” mari kita kembali untuk sadar, bahwa Pancasila itu mengandung toleransi, dan sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Image
Bambang Pamungkas

Ada Garuda di dadaku
Ada cinta buat negeriku Indonesia Raya.

Pemain :
Emir Mahira : Bayu
Aldo Tansani : Heri
Marsha Aruan : Zahra
Ikranagara : Kakek Usman
Maudy Koesnaedi : Ibu Wahyuni
Ary Sihasale : Pak Johan, pelatih sekolah sepakbola
Ramzi : Bang Duloh

Sutradara : Ifa Isfansyah
Penulis Skenario : Salman Aristo (Ayat Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Kambing Jantan)
Penata Musik : Aksan Sjuman dan Titi Sjuman (Laskar Pelangi, King)
Produser : Shanty Harmayn
Produksi : Sbo Films Dam Mizan Productions

Blessings,
Bagus Pramono
June 24, 2009.

24 June 2009

Membangun Profil Keluarga yang Merdeka dari Narkoba

Penulis : P Bobby Hartanto MPsi Praktisi Quantum Learning dan Pemerhati Masalah Remaja

BAPAK dan Ibu Atmo sedang bingung. Novi, putri mereka, kedapatan sedang teler di rumah temannya setelah menggunakan narkoba. Mereka tidak percaya putri mereka yang dulu begitu lucu dan lugu sekarang telah menjadi pecandu narkoba. Keadaan makin buruk karena setelah itu mereka saling menyalahkan. Sang istri menyalahkan suami karena tidak pernah di rumah dan terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sang suami menyalahkan istri yang tidak mendukung upayanya untuk mendapatkan uang dengan bekerja. Istri dianggap tidak mampu mengontrol dan mendidik anak. Karena kesal dengan pertengkaran yang kerap terjadi di rumah, Anto anak laki-lakinya memutuskan untuk kabur dari rumah. Bapak dan Ibu Atmo makin bingung dibuatnya.

Dalam kasus penyalahgunaan narkoba, keluarga kerap menjadi pihak yang paling terakhir tahu tentang hal ini. Biasanya reaksireaksi emosional senantiasa menyertai kejadian seperti itu. Bisa marah, sedih, heran, atau kaget. Bayangkan jika peristiwa tersebut dialami keluarga kita. Reaksi-reaksi seperti apa yang akan kita tampilkan? Sanggupkah kita menerima kenyataan ini? Apakah ada cara agar kita bisa terhindarkan dari peristiwa-peristiwa seperti itu? Bagaimana membentuk sebuah keluarga yang baik yang anggota-anggotanya punya rasa memiliki dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun untuk keluarganya?

Keluarga dan narkoba

Riset protektif yang dilakukan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) pada 2005 menemukan sejumlah faktor yang membuat seseorang tidak menggunakan narkoba. Faktor-faktor tersebut berupa faktor internal dan eksternal. Pada faktor eksternal, ada profil keluarga tertentu yang ditemukan pada bukan pecandu, tapi tidak ditemukan pada pecandu. Diduga, profil keluarga itu yang bisa menjadi faktor protektif (pencegah) seseorang untuk menyalahgunakan narkoba.

Profil yang digambarkan dari riset tersebut adalah sebuah keluarga yang anggota-anggota keluarganya (khususnya orang tua) saling membantu untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah anak yang sulit maupun menyelesaikan masalah-masalah pribadi. Pada keluarga ini, orang tua memantau kegiatan anak dan memberi kesempatan untuk bertukar pikiran dengan anak. Antaranggota keluarga saling memerhatikan dan jarang ada pertengkaran antaranggota. Orang tua memiliki waktu khusus bersama anak (umumnya di Sabtu atau Minggu) dan jarang memberi hukuman pada anak.

Namun, perlu dicatat bahwa hasil penelitian ini hendaknya tidak dijadikan acuan baku. Artinya jika kita tidak pernah membantu anak menyelesaikan pekerjaan sekolah yang sulit, tidak bisa langsung disimpulkan anak kita terkena narkoba. Atau sebaliknya, jika saya membantu anak menyelesaikan persoalan pribadinya, pasti ia tidak akan terkena narkoba. Masih ada faktor lain yang berperan.

Model keluarga

Lalu seperti apa bentuk nyata profil keluarga seperti itu? Harus diakui dalam situasi sekarang tidak mudah untuk mencari contoh keluarga seperti itu. Entah kenapa di kepala ini yang langsung muncul adalah keluarga Cosby. Ya, ini sebuah keluarga rekaan di televisi tahun 80-an. Sungguh menyenangkan menyaksikan pola interaksi yang ada dalam keluarga tersebut. Terasa betul kehangatan antaranggota keluarga. Problem dalam keluarga tetap ada, tapi dapat diselesaikan dengan humor dan kedamaian. Untuk Anda yang kangen dengan tayangan itu, masih bisa dilacak di Youtube.com. Pertanyaan untuk kita berikutnya adalah mungkinkah keluarga seperti ini kita ciptakan atau kita usahakan? Adakah patokan-patokan tertentu untuk membangun keluarga mengingat salah satu faktor pencegah penyalahgunaan narkoba adalah keluarga?

Stephen Covey dalam bukunya 7 Habits for Highly Effective Family menganjurkan tujuh kebiasaan untuk menciptakan keluarga yang efektif. Ia mengajak keluarga- keluarga untuk membangun kebiasaan-kebiasaan tertentu yang pada akhirnya bisa membentuk sebuah keluarga yang baik. Covey sangat meyakini keluarga efektif bisa diupayakan melalui pembentukan karakter dari setiap anggota keluarga. Sementara itu, karakter sendiri dapat dibentuk dengan menjalankan sejumlah kebiasaan (habits) secara berkesinambungan. Ia mengatakan, "Siapa menabur gagasan akan menuai perbuatan, siapa menabur perbuatan akan menuai kebiasaan, dan siapa menuai kebiasaan akan menuai karakter."

Sebuah keluarga, menurut Covey, dapat diibaratkan sebuah pesawat yang sedang menjalani sebuah rute penerbangan dari sebuah bandara menuju bandara tertentu. Sebelum pesawat tinggal landas, pilot telah memiliki rencana penerbangan (flight plan). Mereka telah mengetahui harus berada di jalur penerbangan mana dan menuju ke arah mana. Pada kenyataannya, tidak seluruh rencana tersebut dapat dijalankan. Kadang-kadang gangguan angin, tekanan udara, cuaca hujan, dan sebagainya dapat menyebabkan pesawat tersebut harus keluar dulu dari jalurnya dan melakukan sejumlah penyesuaian. Namun, pesawat tetap akan mengarah pada tujuannya semula. Keberadaan tujuan (yang diistilahkan Covey sebagai vision) merupakan kunci penting untuk membentuk keluarga efektif.

Seperti juga pesawat tadi, keluarga- keluarga kerap keluar dari jalur dan dari rencana-rencana yang telah dibuat sebelumnya. Namun jika keluarga tersebut telah memiliki suatu tujuan, keluarga tersebut akan tetap terarah pada tujuannya. Di sini kita tidak perlu terlalu khawatir karena, menurut Covey, 90% keluarga pernah keluar dari jalur. Yang perlu lebih kita waspadai adalah karena kebanyakan keluarga tidak mempunyai tujuan.

Dalam kerangka itulah, Covey menganjurkan keluarga-keluarga untuk menjalankan tujuh kebiasaan guna membentuk keluarga efektif. Kebiasaan itu akan membantu keluarga untuk memiliki sebuah tujuan dan senantiasa ingat untuk kembali kepada jalur semula manakala kita telah menyimpang cukup jauh. Kebiasaan- kebiasaan itu akan memunculkan harapan-harapan baru manakala keluarga kita sedang kesusahan.

Kebiasaan yang dimaksud Covey di sini mencakup pengetahuan (tentang apa yang dan mengapa dilakukan), keinginan untuk melakukan, dan keterampilan (tahu bagaimana melakukannya). Memiliki pengetahuan untuk melakukan sesuatu, tapi tidak punya keinginan dan tidak memiliki keterampilan tentu tidak akan menghasilkan apa-apa, dan demikian seterusnya. Ketiga hal itu tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Misalnya saja kita tahu kita harus mendengarkan (listening) anak kita dan kenapa itu penting. Kita punya keinginan kuat untuk mendengarkan. Namun, bila kita tidak punya keterampilan untuk mendengarkan, sia-sia saja.

Tujuh kebiasaan

Ada orang yang langsung menampilkan reaksi tertentu manakala ia mendapat rangsangan tertentu. Misalnya, selalu menampilkan reaksi marah dan (sering diucapkan sebagai marah balik) pada waktu dimarahi, senantiasa mengomel pada waktu anak melaporkan nilai jelek. Biasanya mereka akan mengatakan, "Saya begini karena Anda (atau orang lain) melakukan hal yang tidak menyenangkan kepada saya." Benarkah demikian? Benarkah reaksi kita ditentukan stimulus apa yang diberikan orang lain kepada kita?

Hal itu yang disadari Covey. Menurutnya, sebagai manusia kita memiliki tanggung jawab (responsibility) terhadap hidupkita. Responsibility menurut Covey berasal dari kata response danability. Jadi, kita sebenarnya memiliki kemampuan untuk memilih respons mana yang ingin kita tampilkan dalam situasi tertentu. Kita bukan budak dari kondisi ataupun stimulus.

Kembali pada contoh di atas, sesungguhnya kitalah yang memilih respons untuk marah atau tidak marah pada waktu kita sedang dimarahi orang lain. Kita bisa memilih untuk tidak mengomel atau tetap merasa nyaman pada waktu ada orang yang berbuat tidak enak kepada kita. Jika kita sadar bahwa kita memiliki kemerdekaan untuk memilih respons apa yang ingin kita tampilkan dalam sebuah situasi, kita sudah mengembangkan kebiasaan pertama yaitu jadilah proaktif (be proactive).

Salah satu hal yang bisa membedakan orang proaktif dengan orang reaktif adalah bahasa yang mereka gunakan. Bahasa orang reaktif misalnya, "Tidak ada lagi yang bisa saya lakukan, saya memang sudah begitu dari dulu, saya harus..." Sementara itu, orang proaktif menggunakan bahasa, "Mari kita lihat alternatif lain, saya mau mencoba pendekatan yang lain, saya memilih untuk..."

Covey menyarankan untuk tidak bersikap reaktif (berdasarkan emosi atau kondisi sesaat saja). Keluarga- keluarga perlu menyadari perilaku yang ditampilkan dalam keluarga sebenarnya bukan korban keadaan (condition), melainkan sebuah pilihan (decision).

Kebiasaan itu dapat ditumbuhkan di dalam keluarga, misalnya dengan tidak ikut-ikutan membicarakan seseorang yang tidak hadir pada waktu pembicaraan terjadi, meminta maaf jika melakukan kesalahan, dan tidak menyontek meskipun tidak belajar. Kebiasaan kedua adalah memulai segala sesuatu dengan gambaran hasil akhir (begin with the end in mind) yang jelas. Dari sini kita bisa membuat langkahlangkah apa yang akan kita lakukan untuk mencapai hal tersebut. Itu akan membuat perilaku kita lebih efisien dan terarah. Hasil akhir (end in mind) dapat terpusat pada berbagai hal seperti keluarga, pasangan, uang, pekerjaan, agama, dan kenikmatan yang kita anggap penting buat kita.

Covey menganjurkan sebuah cara guna menemukan end in mind bagi hidup kita masing-masing. Caranya adalah membayangkan apa yang kita ingin orang lain ucapkan tentang kita pada waktu upacara pemakaman kita. Apakah kita akan dikenang sebagai seseorang yang sangat perhatian pada keluarga, pekerja keras yang jujur, atau sebagai seseorang yang jahat, koruptor, atau penjahat kelas kakap.

Membuat rumusan tentang keluarga seperti apa yang ingin kita bentuk bisa menjadi sebuah cara untuk membangun keluarga efektif. Kita juga bisa membiasakan setiap anggota keluarga untuk selalu memiliki end in mind yang jelas sebelum melakukan sesuatu. Selain itu, kita juga perlu mengingatkan setiap anggota keluarga apakah perilaku yang ditampilkan mendukung pencapaianend in mind yang telah dicanangkan.

Kebiasaan ketiga adalah dahulukan hal-hal yang penting (put first things first). Hal yang penting adalah hal yang memang memiliki kaitan erat dengan tujuan keluarga. Di luar itu boleh diturunkan prioritasnya. Sebaiknya kita memang memikirkan hal-hal apa yang penting buat keluarga kita. Misalnya ada seorang kawan dekat yang mengatakan hal penting bagi dia adalah keluarga. Karena itu, bekerja keras dianggapnya sudah memberikan yang terbaik bagi keluarga, Namun, dia bekerja tidak kenal waktu sehingga keluarganya telantar. Memang dia menghasilkan banyak uang, tapi bukan itu semua yang diharapkan keluarganya. Mereka mengharapkan kawan tersebut hadir di rumah dan bercengkerama dengan keluarga. Apakah benar kawan kita ini sudah mengutamakan keluarganya?

Pada titik ini, klarifikasi terhadap hal yang dianggap utama menjadi penting. Apa yang dianggap sebagai hal utama oleh seorang anggota keluarga belum tentu selaras dengan hal utama anggota keluarga yang lain. Coba bayangkan bagaimana bisa seorang anak menghabiskan waktu 7 jam sehari di depan televisi, tapi hanya 5 menit yang dihabiskan bersama ayahnya.

Saran yang diberikan Covey untuk bisa mendahulukan yang utama adalah membangun kebiasaan membuat rencana. Duduk bersama pasangan dan anak, merencanakan dua bulan ke depan mau melakukan apa (mengunjungi keluarga lain, mempersiapkan ulang tahun, berlibur, ke mal, nonton bareng, atau apa pun). Pastikan anak-anak diberi kesempatan untuk memberikan ide-idenya. Saran lain adalah komit terhadap acara-acara keluarga, rencanakan rapat atau aktivitas harian Anda dengan baik. Juga, sediakan waktu untuk pertemuan satu lawan satu dengan tiap anggota keluarga secara bergilir.

Keempat adalah berpikir menang - menang (think win-win). Hindari cara berpikir untuk menang- kalah atau kalah-kalah. Di sini, perlu kreativitas untuk mencari solusi-solusi yang bisa membuat seluruh pihak merasa menang dalam penyelesaian masalah. Perlu diingat, tidak ada seorang pun yang suka mengalami kekalahan. Covey menuturkan sebuah kisah beberapa anak yang baru saja kehilangan ayah dan ibu mereka karena kecelakaan pesawat. Tidak lama setelah itu, mereka ribut memperebutkan benda- benda yang bisa membuat mereka memiliki kenangan akan orang tua mereka. Mereka tidak mau saling mengalah, mendahulukan kepentingan pribadi, dan lupa mereka adalah satu keluarga. Mereka akhirnya bisa menyelesaikan masalah mereka setelah menggunakan pendekatan menang- menang dengan menyadari hubungan persaudaraan jauh lebih penting.

Salah satu hal yang bisa membuat seseorang berpikir menangmenang adalah mentalitas berkelimpahan (abudance mentality). Tiap anggota keluarga tidak hanya berbicara tentang saya, tapi tentang kita. Selain itu, tiap anggota juga perlu diajak untuk melihat gambar yang lebih besar (the big picture) dari persoalan yang tengah terjadi. Covey menganjurkan cara-cara praktis untuk menanamkan pola pikir menangmenang itu kepada anak-anak. Misalnya dengan mengajak anak berjalan-jalan ke taman dan pantai. Bicarakan betapa mengagumkannya matahari dan betapa matahari itu tersedia cukup untuk setiap orang. Ajak anak melakukan permainan dan tekankan bahwa menang bukan segala-galanya.

Keluarga dengan pendekatan menang-kalah akan menciptakan atmosfer yang kurang baik sehingga tidak terjadi relasi yang hangat di dalamnya. Padahal suasana keluarga yang akrab dan bersahabat merupakan salah satu faktor pencegah penyalahgunaan narkoba.

Kebiasaan kelima adalah berusahalah terlebih dahulu untuk mengerti, baru kita akan dimengerti (seek first to understand, then to be understood). Kebiasaan itu penting karena para anggota keluarga kadang-kadang tidak menyadari apa yang mereka lihat, pikir, atau rasakan belum tentu sama dengan apa yang dilihat, dipikir, atau dirasakan anggota yang lain. Persepsi memegang peranan penting di sini. Dalam interaksi orangtua-anak, perbedaan persepsi sering kali menimbulkan persoalan. Dalam beberapa kasus, berujung pada penggunaan narkoba.

Menurut Covey, kunci utama untuk bisa mengatasi perbedaan persepsi itu adalah kerelaan untuk mau memahami orang lain. Dengan tegas ia mengatakan, "When you understand, you donít judge." Lebih jauh, ia mengatakan daripada mengharapkan orang lain untuk memahami kita terlebih dahulu, lebih berguna jika kitalah yang terlebih dahulu coba memahami orang lain. Tingkah laku kunci di sini adalah dengan mengembangkan keterampilan mendengarkan dengan empati. Untuk bisa mendengarkan dengan empati, Covey menyarankan kita untuk berperan sebagai penerjemah yang andal dalam proses komunikasi sehari-hari. Penerjemah yang andal akan mendengarkan setiap perkataan dengan sepenuh hati karena ia harus melakukan penerjemahan.

Covey mengajak kita untuk melakukan refleksi pada anggota keluarga kita. Apakah semua suara anggota keluarga sudah didengarkan? Apakah ada yang merasa tidak dipahami? Adakah yang merasa diperlakukan secara tidak adil? Dengan melakukan diskusi seperti itu, kita bisa membangun kebiasaan untuk memahami orang lain. Itu juga salah satu faktor pencegah penyalahgunaan narkoba. Remaja yang kurang merasa dipahami orang tuanya akan berpaling mencari tempat lain dan paling mudah adalah pada teman sepermainannya. Di sini, mereka akan merasa lebih dipahami dan didengarkan.

Pada beberapa kasus ekstrem, mereka bahkan rela mengikuti tekanan kelompok untuk tetap bisa berada di dalam kelompok yang mampu memahami mereka. Jika tekanan kelompok mengarah pada hal positif, kita akan sangat bersyukur, namun jika tekanan mengarah ada penyalahgunaan narkoba, kita perlu sangat waspada.

Kebiasaan keenam adalah sinergi (synergy). Berdasarkan kelebihan dan kekurangan setiap anggota keluarga, kita bisa membentuk sebuah kesatuan yang lebih kuat. Hal itu mirip dengan perumpamaan sapu lidi yang lebih kuat jika bersama-sama daripada batang lidi sendiri-sendiri. Dalam sinergi, tiap anggota keluarga meyakini perbedaan yang ada di antara anggota merupakan kekuatan dan bukan kelemahan. Sinergi bukan hanya kerja sama tim, melainkan sebuah kerja sama tim yang sangat kreatif. Hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan menjadi ada dalam proses sinergi. Pernikahan sendiri sebenarnya sebuah perwujudan nyata dari sinergi. Orang tua yang tidak sejalan dalam mendidik anak bisa melemahkan sinergi dan hal itu rentan terhadap penyalahgunaan narkoba.

Membangun sinergi dalam keluarga dapat dilakukan melalui hal-hal kecil, seperti meminta anak-anak secara bersama-sama membuat poster keluarga, mencuci mobil bareng, dan membersihkan rumah pada waktu pembantu mudik.

Kebiasaan ketujuh diistilahkan dengan mengasah gergaji (sharpen the saw). Keluarga diharapkan melakukan hal-hal yang bisa membuat keenam kebiasaan tadi terus berlangsung. Janganlah kita seperti orang yang terus memotong pohon dengan gergaji tumpul dan mengatakan tidak ada waktu untuk mengasah gergajinya. Setiap keluarga disarankan untuk selalu melakukan pembaruan. Pembaruan, menurut Covey, sebaiknya dilakukan pada empat area yaitu fisik, sosial emosional, mental, dan spiritual. Misalnya saja dengan olahraga bareng, menentukan sasaran untuk aset finansial dan barang, saling memuji, bersantai bersama, belajar hal-hal baru bersama, saling berbagai cerita atau pengalaman unik, berdoa bersama, dan membuat komitmen baru.

Pola berulang dalam pembaruan bisa menjadi dasar terbentuknya tradisi dalam keluarga. Tradisi keluarga merupakan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan perasaan kompak, didukung, dan dipahami anggota keluarga yang lain.

Membangun keluarga seperti itu memang bukan perkara mudah, tapi sangat layak untuk dicoba. Tidak perlu 100% sama. Diharapkan, dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan seperti itu, Anda sudah berperan dalam mencegah anggota keluarga kita terkena pengaruh buruk narkoba. Lebih baik cegah sekarang daripada menyesal kemudian.

HOPES, Sketsa Remaja Bebas Narkoba

Dalam sebuah kesempatan, terjadilah pembicaraan tentang makna sketsa. Jika banyak orang beranggapan sketsa tidak penting, dalam dialog tersebut menyimpulkan bahwa sketsa justru sangat penting. Dikatakan bahwa coret-coretan dalam sketsa sesungguhnya mewakili hal-hal yang paling esensial dari objek yang digambar. Hanya dari guratan sketsa ini orang bisa menarik kesimpulan tentang siapa atau apa yang digambar itu.

Dialog ini lalu membawa saya pada pertanyaan adakah hal-hal esensial (seperti yang diwakili oleh guratan sketsa) yang perlu dimiliki remaja dalam menghadapi tantangan zaman sekarang ini?

Ketika saya memperhatikan bagaimana anak-anak saya belajar, saya cukup terperangah dengan perbedaan drastis yang ada ketimbang ketika saya belajar dulu. Dengan kemajuan teknologi dalam dua puluh tahun terakhir, remaja kita sekarang sangat fasih dengan teknologi serta berbagai aplikasi canggih lainnya.

Bahkan sangat sulit membedakan ketika mereka chatting untuk sekadar merumpi atau chatting berdiskusi sambil tukar-menukar file laporan atau PR antarteman. Belum lagi semuanya ini dapat dilakukan bersama dengan riset online. Saya pun merasa sulit untuk memonitor apa yang terjadi sesungguhnya ketika mereka berjam-jam berada di depan layar komputer. Untung saja, di rumah kami ada peraturan tidak tertulis yang tidak menoleransi sama sekali adanya komputer atau TV pribadi di kamar anak. Ini juga salah satu cara yang saya rasa ampuh untuk memonitor anak dari pengaruh media yang ada.

Memang, zaman sudah benar-benar berubah. Saya rasa anak-anak kita tidak dapat membayangkan dunia tanpa teknologi online atau telepon genggam. Tentunya, di era globalisasi ini, remaja kita menghadapi jauh lebih banyak tantangan dan godaan. Harus diakui bahwa era ini juga membuka pintu pengetahuan tanpa batas sekaligus penjajaan hal-hal negatif seperti pornografi yang dengan mudah diakses gratis.

Bahkan, menurut catatan kantor PBB UNODC (United Nations Office of Drugs and Crimes), perdagangan narkoba online mulai meningkat tajam di beberapa tahun terakhir ini. Mulai dari kemudahan untuk membeli secara online bahan-bahan precursorsampai resep untuk membuat pil atau ramuan psikotropika di dapur rumah tersedia dengan lengkap. Betapa mengerikan era globalisasi ini!

Lagi-lagi pikiran tentang sketsa muncul di kepala. Guratan apa yang harus dibuat? Di zaman seperti ini, bagaimana kita dapat membesarkan remaja yang ‘tahan banting’? Sebagai ibu bagi dua anak remaja, saya berpikir kita perlu menyamakan persepsi kita sebagai orang tua dan persepsi remaja kita tentang apa arti ‘tahan banting’ itu.

Mungkin banyak orang beranggapan bahwa remaja tahan banting adalah remaja yang tetap kuat meski berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. Namun bagi saya (yang mungkin mewakili suara para orang tua), remaja tahan banting adalah remaja yang memiliki kemampuan menghadapi semua ups (dari adanya akses bebas ke situs online dewasa yang menggoda, tawaran menggiurkan dari nikmatnya pergaulan, dll) dan downs(masalah, stres, pergolakan hormon, dll) yang datang silih berganti di kehidupan sehari-hari.

Remaja sendiri mungkin berpendapat lain. Pendapat mereka bisa jadi lebih mengarah pada satu kutub. Mungkin mereka lebih menitikberatkan pada bagian downs-nya. Yakni, kemampuan untuk ‘survival’. Ini termasuk kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh arus-arus negatif tapi populer di sekolah atau kemampuan untuk mengatasi bullying atau bertahan ketika dikerjain teman sebaya.

Sering kali mereka lupa bahwa hal-hal yang didapat dengan mudah melalui internet pun dapat menjatuhkan mereka. Ini mungkin merupakan bagian dari ketahanan yang belum mereka mengerti. Kondisi ups membuat remaja sering lupa bahwa peluang untuk ‘jatuh’ akan lebih besar saat mereka berada di atas angin (populer di mata teman, juara kelas, dll), namun sering tidak terpikirkan. Mana mungkin ‘jatuh’ ketika ada di atas?

Pada kenyataannya, banyak orang jatuh justru ketika mereka meraih apa yang mereka anggap sebuah ‘sukses’. Di saat inilah manusia biasanya lengah. Dan, tidak sadar ketika godaan datang. Apalagi ketika merasa telah mencapai sebuah kesuksesan itu dan ternyata tidak mendatangkan sebuah pemenuhan rasa tertentu, bahkan terkadang rasa kurang puas atau ‘kok segini aja’ yang datang menghantui. Di sinilah dibutuhkan ketahanan yang lebih tinggi untuk selamat dari sebuah kesuksesan.

Remaja berisiko, remaja yang ‘COBA’
Namun sebelum bicara tentang bagaimana mengembangkan ketahanan remaja, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang bisa menjatuhkan remaja, khususnya dalam hal narkoba. Sejumlah faktor yang menyebabkan remaja jatuh ke dalam narkoba dapat disingkat menjadi COBA. COBA terdiri dari unsur (rasa ingin tahu), opportunity (kesempatan), biological (kondisi biologis); availability (ketersediaan).

Godaan biasanya menjadi lebih kompleks ketika terjadinya bersamaan dengan letupan-letupan hormonal yang terjadi dalam diri remaja. Tingginya keingintahuan (curiosity) akan hal-hal seperti seks, miras, dan tentunya narkoba membuat remaja berada pada kelompok berisiko jika tidak diimbangi dengan informasi dan iman yang cukup.

Letupan-letupan hormonal dan keinginan untuk memiliki kemerdekaan berkehendak biasanya membangkitkan niat atau ide-ide tertentu. Niat memang bersifat inheren (berasal dari dalam diri), namun faktor inheren ini tidak memiliki arti apa-apa jika didukung oleh faktor-faktor lainnya, seperti kesempatan, keturunan, dan ketersediaan bahkan kemudahan lain yang tersedia di dunia internet.

Faktor COBA ini akan bertambah dahsyat ketika remaja berharap akan imbalan sosial atau penghargaan tertentu yang dapat mengantar mereka ke sebuah jenjang identitas tertentu; sebuah jenjang yang ditandai dengan adanya kebebasan berkehendak dan penerimaan dari kelompok sebaya idaman hati.

Di samping kedua faktor COBA ini, ada pula sebagian remaja yang justru menggunakan alasan masa puber sebagai masa ‘ideal untuk jatuh’. Sebuah toleransi terhadap diri sendiri, seakan menghibur diri ketika lengah dan jatuh di masa sulit ini. Jatuh ke dalam eksperimentasi narkoba menjadi salah satu bahaya yang mengintai.

Pribadi bebas narkoba
Menjadi remaja yang tahan godaan, tahan banting, memang sebuah perjuangan. Dari menyelamatkan diri dari berbagai godaan sampai menepis narkoba bukan hal yang mudah. Sebuah penelitian menemukan lebih dari 70% remaja di Jakarta pernah ditawari narkoba. Bagaimana kita sebagai orang tua dapat mengenali remaja kita? Remaja seperti apa sebenarnya yang tahan banting?

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan Yayasan Cinta Anak Bangsa, diketahui bahwa remaja yang tahan banting adalah remaja yang memiliki ‘HOPES’. HOPES merupakan singkatan dari kepatuhan Hukum, arahan Orang tua, Persepsi kesehatan, kematangan Emosional dan Spiritual.

Kelima hal itu ditemukan melalui sebuah studi faktor protektif yang melibatkan lebih dari sebelas ribu remaja SMP dan SMA di Jakarta. Dengan asumsi bahwa ada sekitar 8%-12% remaja di Jakarta yang pernah menggunakan narkoba, studi ini mempunyai misi yang lain. Misinya adalah menanyakan kepada remaja yang belum pernah menggunakan narkoba mengapa mereka tidak tertarik untuk mencoba-coba narkoba seperti sebagian temannya yang lain.

Empat jawaban tertinggi pada pertanyaan ‘mengapa kamu tidak tergoda narkoba’ adalah faktor spiritual, kesadaran kesehatan, pengaruh orang tua, dan hukum. Namun, untuk mempermudah mengingat faktor-faktor tersebut yang saya singkat menjadi kata HOPES ini, jika dilihat dari urutan faktor terpenting harus dilihat terbalik. Faktor paling belakang (Spiritual) ternyata adalah faktor terpenting.

Kesadaran hukum
Adanya hukum serta penegakannya yang jelas dapat menimbulkan deteren efek pada masyarakat. Hal ini diakui beberapa responden remaja pada penelitian di atas.

Salah satu hal yang menyebabkan remaja tidak berani bermain dengan narkoba adalah takut ditangkap polisi dan dihukum keras jika tertangkap tangan. Walau seakan-akan di sisi lain ada remaja yang mengambil risiko untuk menggunakan narkoba dan yakin tidak akan tertangkap, ternyata kejelasan hukum dan penegakannya jelas telah memberi efek takut pada remaja kita.

Bahkan, lebih jauh, berdasarkan sebuah deklarasi yang dicanangkan beberapa bulan lalu oleh remaja se-Asia Pasifik di Bali, remaja setuju dengan sebuah kebijakan pemerintah yang memihak pada mayoritas. Kebijakan yang menolak segala penyalahgunaan narkoba dan semua terapi penyembuhan yang menggunakan cara-cara pengurangan dampak buruk seperti terapi substitusi metadon dan pembagian jarum suntik. Menurut mereka, rehabilitasi perlu diusahakan ke arah abstinensi dan bukan sekadar mengurangi dosis.

Arahan orang tua
Responden mengakui bahwa peran nasihat dan batasan yang pernah mereka dapatkan dari orang tua mereka sangat bermanfaat ketika berhadapan dengan situasi yang mengharuskan mereka memilih.

Seorang ahli ilmu keluarga dari Universitas Minnesota, Dr Allen di tahun 2002 menyatakan bahwa membuat batasan dalam hidup anak itu sama seperti membangun pagar di sepanjang jembatan. Pagar ini adalah pagar kasih yang melindungi anak dari bahaya fisik dan psikologis di kehidupan sehari- hari. Ellen Galinsky dari Ohio State University menambahkan bahwa ‘pagar’ ini justru membuat anak merasa lebih aman dan dicinta.

Berbagai penelitian mengonfirmasi bahwa keterlibatan aktif orang tua dalam hidup anak dapat mengurangi risiko anak terkena narkoba. Penelitian yang dilakukan oleh NIDA (National Institute of Drug Abuse, Amerika) di tahun 2002 menemukan bahwa orang tua yang berkomitmen untuk makan bersama anak setidaknya 4-5 kali seminggu akan menurunkan risiko anak terkena narkoba hingga 50%.

Persepsi kesehatan
Persepsi di sini bicara tentang dua hal. Pertama, persepsi remaja terhadap pengaruh narkoba pada kesehatan mereka. Kedua, persepsi remaja tentang pentingnya mengadopsi gaya hidup positif.

Peran kedua persepsi terhadap pilihan-pilihan yang diambil remaja dalam hidupnya sangat besar. Persepsi yang melandasi munculnya niat atau motif untuk turut atau tidaknya ke dalam perilaku berisiko seperti narkoba dan seks bebas, misalnya. Eksposure yang memadai atas hal ini akan menumbuhkan persepsi tentang pentingnya kesehatan dan gaya hidup positif.

Ada pertanyaan sederhana yang dapat kita tanyakan kepada remaja kita untuk mengecek persepsi mereka tentang narkoba. Tanyakan kepada mereka mana yang benar, narkoba berbahaya karena ilegal atau narkoba ilegal karena berbahaya?

Kematangan emosi
Remaja dianggap sebagai masa topan-badai sehubungan banyaknya perubahan yang terjadi pada dirinya (fisik dan emosional). Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mampu mengendalikan dirinya (tidak mengikuti dorongan yang meletup-letup) ternyata lebih bisa terhindar dari masalah narkoba.

Kematangan emosi juga terkait dengan bagaimana mereka mengatasi persoalan yang muncul. Mereka yang mampu menyelesaikan persoalan dengan kepala dingin ternyata lebih terhindar dari bahaya narkoba.

Membiasakan remaja untuk mampu mengambil keputusan secara rasional dan mandiri merupakan salah satu cara yang sangat disarankan untuk para orang tua.

Spiritual
Hal yang paling menarik yang ditemukan pada penelitian ini adalah jawaban responden terhadap apa yang membuat mereka tidak mau bereksperimen dengan narkoba. Mulai dari ‘takut masuk neraka’ atau ‘takut Tuhan marah’ sampai ke keyakinan remaja bahwa ‘narkoba itu kan dosa’.

Dasar iman pada diri remaja adalah salah satu faktor protektif terandal. Iman diyakini remaja dapat membawa mereka kepada keluhuran budi dan moralitas. Remaja mengakui kesetiaan mereka terhadap iman yang mereka pilih membawa sejahtera dan damai di hati. Ini adalah hal pribadi yang tidak dapat dipungkiri. Memang, kebenaran yang didasari iman itu akan tertanam dalam hati kita dan kelak menjadi lentera yang menerangi jalan ketika kita menghadapi tantangan dan pilihan dalam hidup.

Tingkat spiritual ini tentunya menjadi kompas bagi remaja untuk membuat pilihan-pilihan bijaksana mulai dari dunia online sampai kepada pilihan mengenai narkoba.

Selama ada HOPES, ada harapan
HOPES tentunya berarti pengharapan. Saya rasa kita memiliki harapan luar biasa ketika kita memberikan kepercayaan kepada remaja. Kepercayaan yang berlandaskan kasih dan pengetahuan yang benar yang membekali mereka di saat-saat sulit.

Sebagian besar remaja tahu membedakan yang baik dan buruk karena mereka memiliki faktor protektif alami dalam diri mereka. Selama mereka tidak mengeraskan hati dan memungkiri kebenaran yang tertulis di hati mereka, harapan untuk Indonesia bebas narkoba masih ada.

Artikel ini merupakan artikel terakhir dalam serial antinarkoba yang dicanangkan oleh harian Media Indonesia sejak Oktober 2007. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa perjuangan untuk Indonesia bebas narkoba berhenti sampai di sini.

Dalam menulis artikel ini saya pun teringat kembali artikel pertama yang ditulis dalam serial ini yaitu ‘Generasi Tanpa Tujuan: Mau Beranjak ke Mana Kita?’ Begitu banyak fakta dan tantangan yang terungkap dalam tulisan tersebut dan juga tulisan-tulisan selanjutnya. Lalu saya juga teringat dengan obrolan tentang sketsa tadi.

Dan, bisa jadi bahwa sketsa yang harus kita goreskan tentang remaja masa depan yang tahan banting adalah sketsa remaja dengan guratan-guratan HOPES, sehingga masih ada asa untuk masa depan yang lebih baik.

Mari membuat sketsa untuk kebaikan kita semua.

11 June 2009

Tinggalkan Beban Anda di Belakang

"Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam" (Kej 19:26)

Tidakkah Anda benci menyeret setumpuk barang menyusuri bandara? Bagaimana jika Anda harus menggendong sejumlah koper, ransel, dan menenteng tas ke mana saja Anda pergi? Sungguh menyiksa! Dan Anda pasti tidak dapat pergi jauh dengan sangat cepat.

Begitu pula dalam perjalanan sepanjang jalan Allah, Anda tidak akan melesat dengan cepat jika Anda dibebani dengan banyak beban emosional. Yang harus Anda lakukan adalah meninggalkan beban Anda di belakang. Semakin banyak sampah yang Anda buang dari masa lalu Anda, semakin Anda mudah menemukan jalan ke masa depan.

Sebenarnya beban apakah yang dimaksud tersebut? Beban tersebut adalah hal-hal yang ada dalam diri Anda dan belum terselesaikan dengan baik.

Allah sebenarnya telah memperlengkapi kehidupan kita untuk memproses rasa sakit dan kekecewaan ketika hal itu terjadi dalam hidup kita. Namun, kebanyakan dari kita tidak mengetahui hal itu akibatnya kita membawa-bawa "koper" yang penuh dengan masalah tidak terselesaikan. Sesungguhnya, sebagian dari beban kita itu berkaitan dengan masalah yang kita mintakan pertolongan atau penyembuhan dari Allah.

Berikut ini tips praktis yang dapat membantu Anda menyelesaikan semua hal yang belum terselesaikan.

1. Mengakui bahwa Anda memiliki masa lalu yang menyakitkan. Langkah pertama adalah langkah terberat karena ini menentukan langkah-langkah Anda berikutnya. Pengakuan adalah sebuah bentuk dari kejujuran hati bahwa Anda membutuhkan Tuhan untuk menyelesaikan masalah Anda. Selama Anda masih enggan untuk melakukan pengakuan maka beban masalah Anda akan terus mengganggu Anda.

2. Meminta bantuan orang lain dalam proses penyembuhan dan kedukaan Anda. Anda dapat memulainya dengan menceritakan perasaan Anda kepada orang lain mengenai apa yang terjadi di masa lalu sehingga mereka dapat menghibur Anda, mendoakan Anda, dan memberikan dorongan kepada Anda. Curahkanlah segala rasa sakit Anda kepada orang lain. Air mata Anda dan air mata belas kasih dari orang yang mengasihi Anda akan membantu Anda melepaskan beban.

3. Menerima pengampunan. Kerap kali kepedihan yang Anda bawa pada situasi baru berasal dari kegagalan di masa silam. Untuk melepaskan beban, Anda harus terbebas dari rasa bersalah dan malu akan kesalahan masa lalu, kegagalan, serta dosa. Setelah Anda tahu bahwa Anda benar-benar diterima, diampuni, dan dikasihi, Anda akan menjalani hidup dengan penuh semangat.

4. Mengampuni orang lain. Sebagian beban yang Anda bawa adalah akibat disakiti oleh orang lain. Anda mungkin kurang dikasihi dan diterima oleh orangtua. Atau mungkin Anda dikhianati oleh pasangan Anda, atau ditinggalkan oleh sahabat. Jika Anda hendak meninggalkan beban, Anda harus memaafkan orang yang telah menyakiti hati Anda. Pengampunan adalah tiket kebebasan untuk melangkah maju dalam hidup Anda.

5. Telitilah jalan Anda. Sebagian dari beban Anda berkenaan dengan pola perilaku yang dipelajari dari situasi masa lalu yang menyakitkan. Anda barangkali telah mempelajari pola-pola yang keliru dalam menghadapi hidup, hubungan, resiko, serta kasih. Dan pola-pola ini telah menimbulkan masalah saat ini serta menghalangi Anda untuk mendapatkan apa yang telah disediakan Allah bagi Anda. Perhatikanlah cara yang Anda gunakan dalam menghadapi orang dan masalah yang barangkali telah menjebak Anda di masa lampau.

6. Lihatlah diri Anda sendiri dengan cara pandang yang baru. Beban lain yang kita bawa adalah pandangan sempit tentang diri kita, yang kita pelajari dari hubungan atau situasi di masa lalu. Jika Anda ingin melangkah maju dalam hidup dan menemukan jalan Allah yang disediakan bagi Anda, Anda harus melihat diri Anda secara realistis, melalui kacamata orang-orang yang mengasihi Anda. Mulailah dengan memandang diri Anda melalui kacamata Allah.

Di dalam Alkitab, ketika Allah menyelamatkan Lot dan istrinya dari bencana Sodom dan Gomora, Dia memperingatkan mereka untuk tidak menengok ke belakang. Tetapi, istri Lot tidak mampu melepaskan orang-orang dan hartanya di masa lalu. Dia menoleh dan akhirnya ia berubah menjadi patung (Kejadian 19:17-26). Yesus mempergunakan istri Lot sebagai contoh ketika mengajar kita melepaskan hal-hal yang membahayakan yang dapat menjauhkan kita dari DIA. Dia berkata, "Ingatlah akan istri Lot!" (Lukas 17:32).

Menggenggam beban dari masa lalu tidak akan memampukan Anda berjalan bersama Allah. Jalan keluar yang Dia tawarkan adalah mengeluarkan Anda dari rasa sakit, keadaan yang tak termaafkan, dan pola-pola yang keliru di masa lalu. Mintalah Dia menunjukkan kepada Anda bagaimana meninggalkan beban Anda di belakang.

Sumber: Henry Cloud & John Townsend - What To Do When You Don't Know To Do

05 June 2009

15 Resep Mendapatkan Bisnis Sampingan

Anda orang kantoran dengan single income? Sudah bukan zamannya lagi! Jangan lewatkan kesempatan mendapatkan bisnis sampingan.

Memang sejak krisis moneter menghantam perekonomian Indonesia dan memperpuruk nilai rupiah terhadap dolar AS, uang yang kita terima serasa begitu rendah nilainya. Harga-harga barang umumnya naik berlipat-lipat. Bandingkan harga barang sebelum krisis dan pasca krisis, jauh sekali bedanya. Bandingkan tingkat kenaikan harga-harga barang dengan persentase kenaikan gaji Anda sebelum hingga sesudah krisis. Siapa pun merasakan betapa penghasilan yang semula bisa diandalkan untuk memenuhi segala kebutuhan sehari-hari mendadak menjadi kurang atau tidak berharga. Bagi mereka yang mengandalkan penghasilan tetap atau gaji dari tempatnya bekerja, ini jadi masalah serius.

Satu fakta besar, sebagian besar atau bahkan mungkin hampir semua pekerja kantoran (swasta maupun pegawai negeri) di level menengah ke bawah, mengeluhkan lamban dan kecilnya tingkat kenaikan gaji mereka. Bahkan posisi-posisi tertentu terasa begitu kejamnya, tanpa kenaikan gaji! Kalau pun ada kenaikan, sering persentasenya dikeluhkan tak sebanding dengan laju inflasi.

Lebih mengesalkan lagi, sekarang banyak perusahaan lebih suka mengisi posisi-posisi tertentu dengan orang-orang baru. Mereka yang baru masuk tadi selalu digaji dengan standar gaji yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Ini memang merupakan taktik perusahaan supaya mereka tidak menaikkan komponen biaya gaji. Alhasil, banyak karyawan datang dan pergi hanya karena masalah rendahnya gaji tersebut.

Sesungguhnya ada cara yang lebih smart menyikapi kondisi di atas, yaitu mendayagunakan skill, kreatifitas, bakat, dan waktu luang Anda untuk mendapatkan penghasilan ekstra. Banyak pilihan bisnis sampingan yang bisa Anda gali mulai dari apa yang sudah Anda miliki saat ini. Bahkan banyak pula yang bisa Anda jalankan tanpa modal sama sekali. Syaratnya hanyalah kemauan menggali potensi, unjuk diri, rajin cari informasi, sedikit keberanian menjual, maka peluang dan kesempatan akan tumbuh bak jamur di musim hujan.

Nah, 15 resep berikut akan menuntun Anda menemukan bisnis sampingan yang cocok. Siapa tahu, bisnis sampingan ini bisa jadi andalan penghasilan di kemudian hari?

1. Modal Penampilan

Punya wajah lumayan manis, rambut lurus atau kribo, bodi tubuh yang oke, senyum menawan, semuanya bisa jadi modal. Umumnya dunia hiburan di televisi, film, periklanan, dan fesyen, sangat menyukai hal-hal tersebut. Dengan wajah manis dan bodi tubuh yang oke, Anda bisa jadi model atau mengambil peluang sebagai counter girl di berbagai eksibisi yang lumayan honornya. Rambut bagus dan gayanya yang unik, peluang jadi bintang iklan shampo cukup besar. Yang diperlukan hanyalah rajin-rajin mencari informasi di berbagai agen model, production house, agen iklan, atau dengan mengontak majalah-majalah fesyen. Cara lain? Ikuti kontes-kontes foto model, pemilihan putri Indonesia, kontes rambut indah, kontes cover majalah, termasuk suka dekat-dekat dengan aktifitas syuting.

Jika Anda mempunyai sesuatu yang khas, jangan sungkan untuk sedikit berani membukanya kepada khalayak. Apalagi kini televisi swasta makin banyak jumlahnya, sehingga kesempatan untuk berkiprah di dalamnya tentu tidak selangka waktu-waktu sebelumnya. Ingat, dari Tessy sampai Kris Dayanti, masing-masing punya keunikan dari penampilan fisiknya, dan yang jelas punya segmen pasar sendiri-sendiri. Penghasilan mereka yang sudah beken pasti lumayan besar. Sering-seringlah berada di tengah kerumunan orang, sedikit unjuk diri, dan siap-siap tertangkap pencari bakat!

2. Manfaatkan Bakat

Jika modal fisik pas-pasan, jangan patah arang. Sadarilah, setiap orang pasti dibekali bakat atau keistimewaan lainnya. Jangan remehkan bakat bicara, suara yang merdu merayu, pandai melucu, menyanyi, menari, keuletan, rasa ingin tahu, pandai memperbaiki barang rusak, gudang ide, pandai berfantasi, dll. Galilah! Anda bersuara merdu merayu, jajagi kemungkinan menjadi penyiar radio, pengisi suara, atau membuka sendiri usaha ‘kencan udara’ yang sekarang cukup berkembang. Anda bakat bicara, bisa membawa segar suasana, ditambah kemampuan bahasa asing yang lumayan, bersiap-siaplah jadi MC di berbagai acara perusahaan.

Dina Carol adalah seorang manajer marketing berbakat yang mempunyai bisnis sampingan sebagai master of ceremony (MC) multibahasa. Kemampuannya membawakan acara di segala medan membuatnya selalui kebanjiran order. Tarifnya jutaan sekali membawakan acara dan seminggu minimal ia terima empat order. Ia mengawali karirnya sebagai MC dengan modal bakat cuap-cuap belaka. “Mulai saja unjuk kemampun dari tingkat RT atau tingkat sekolah, lalu tingkatkan ke tempat kerja dan perusahaan-perusahaan lainnya,” tutur Dina. Menurutnya, jika sudah lumayan jam terbangnya honor seorang MC memang lumayan!

3. Bisniskan Hobi

Jangan anggap enteng hobi-hobi seperti menulis puisi, mengarang, menggambar, melukis, memotret, koleksi barang langka, koleksi buku, koleksi burung, browsing internet, naik gunung, arung jeram, panjat tebing, diskusi, dll. Jika bakat munculnya kala-kala saja dan tak pernah bersinar jika tak diasah, hobi biasanya ditekuni. Suka menulis, bersiaplah jadi editor lepas untuk media internal, copywriter di berbagai agen iklan, atau menjadi wartawan lepas. Koleksi burung bersuara emas bisa menjadi bisnis sampingan yang sangat menantang. Sebab, harga burung-burung bersuara emas bisa mencapai puluhan juta. Suka berpetualang di alam bebas, bersiaplah menemani eksekutif-eksekutif yang ingin refreshing di arung jeram atau penjelajahan alam lainnya.

Panorama Outdoor Management Traning (POMT) yang berkantor di Kelapa Gading, Jakarta, misalnya, adalah model bisnis pembelajaran di alam bebas, yang sepenuhnya dikelola para profesional muda sebagai bisnis sampingan. Mereka sehari-harinya berposisi sebagai wartwawan, dosen, manajer keuangan, manajer marketing, dll. Sejak masih di SMP anak-anak muda ini sudah gila dengan petualangan di alam bebas. Ketika masuk dunia kerja, mereka melihat potensi bisnis dari hobi tersebut, lalu munculah kreatifitas membuat lembaga pelatihan dan pembelajaran. Nah, mereka senangnya dapat, duitnya juga dapat!

4. Standar Kualitas

Jika Anda berhasil mengidentifikasi bakat, ketrampilan, dan hobi-hobi tertentu, langkah berikutnya adalah mengemasnya sehingga layak dijual. Jika merasa belum cukup berpengalaman, berdiskusilah dan seraplah pengalaman mereka yang sudah banyak jam terbangnya. Setelah dapat ilmunya, asah kemampuan Anda sendiri sampai memenuhi standar profesionalitas tertentu. Kalau perlu, ikutilah kursus-kursus yang relevan dengan bakat, hobi dan minat Anda. Jika punya modal, gunakan untuk mengasah kemampuan Anda. Syukur-syukur Anda berkesempatan mengikutinya dengan biaya perusahaan. Maka jangan lewatkan setiap kesempatan mengambil pelatihan apa pun, karena ini merupakan investasi yang besar nilainya.

Semisal Anda ingin mengomersilkan tulisan, menulislah secara profesional, yang teknik-tekniknya bisa Anda pelajari sendiri dari buku-buku atau kursus-kursus penulisan. Jika ingin membisniskan wisata petualangan, berikan jaminan keamanan, asuransi, keselamatan, kenyamanan, kemudahan, sistem rapi, standar tarif, dll. Konsumen atau klien menyukai paket-paket penawaran yang praktis sekaligus teruji kualitasnya.

5. Standar Tarif

Jika ingin jadi seorang freelancer (pekerja paruh waktu) berdasarkan jasa atau ketrampilan tertentu, Anda harus bisa menetapkan berapa tarif, fee, atau honor yang layak Anda terima. Ini adalah hal pertama yang ditanyakan calon klien jika mereka ingin menggunakan layanan Anda. Bagaimana cara menetapkan tarifnya? Rajin-rajinlah bertukar informasi dengan sesama freelancer. Buatlah perbandingan antara tarif mereka yang sudah senior dengan yang masih baru. Paling aman, ambil jumlah di tengah-tengahnya atau sedkit di bawah tarif para senior.

Kadang spekulasi besarnya fee bisa dipakai, walau ini kurang efektif. Terutama jika klien sebelumnya sudah sering menggunakan freelancer atau supplier tertentu. Cara aman lainnya, tanyakan kepada klien berapa anggaran yang mereka sediakan untuk layanan yang diinginkan. Lakukan negosiasi dengan berpijak pada angka tersebut. Jika gagal menegosiasikan jumlahnya, tawarkan barter barang atau jasa sepanjang itu saling menguntungkan dan memenuhi kebutuhan masing-masing. Kadang Anda bisa mendapatkan penawaran yang jauh lebih menarik dengan cara ini.

6. Semua Profesi Berpotensi

Sering muncul pertanyaan, “Apa yang bisa saya bisniskan?” Apa pun profesi atau pekerjaan tetap Anda, pasti ada yang bisa ‘dikaryakan’ di luar jam kerja resmi. Basisnya bisa berupa hal-hal yang diulas sebelumnya, atau berdasar pekerjaan sehari-hari yang Anda lakukan di kantor. Anda seorang sopir, beri kursus setir mobil pada hari Sabtu-Minggu, dengan harga yang lebih bersaing dibanding lembaga-lembaga kursus yang resmi. Anda seorang staf PR dan bisa memotret, cari order di pesta perkawinan yang membludak tiap Sabtu-Minggu, atau memotret keluarga wisudawan di kampus-kampus saat mereka diwisuda. Anda sekretaris, terima ketikan skripsi, jadi transkriptor, atau jadi organizer pribadi orang-orang sibuk. Dengan keahlian dan standar kualitas tertentu, apes-apesnya Anda bisa jadi konsultan.

Herawati adalah seorang chief accounting di perusahaan berbasis teknologi. Di tengah-tengah kesibukannya ia masih bisa mengefektifkan waktu untuk menjalankan bisnis direct selling Tupperware. Setiap pagi dalam perjalanan ke kantor, ia bisa mengadakan presentasi, demo produk, menerima order, men-drop pesanan dan mendiskusikan banyak program penjualan dengan rekan-rekannya. Semua itu dilakukannya selama 30 menit perjalanan ke kantor dalam gerbong KA Bekasi-Gambir. Hari sabtu-minggu atau jam makan siang dimanfaatkannya untuk mengadakan party selling di berbagai tempat. Bisnis sampingannya ini sangat prospektif, karena selain mendatangkan income ekstra yang besar, juga bisa membawanya jalan-jalan ke luar negeri berkali-kali. Kini setelah bisnis sampingannya berkembang, ia lepaskan pekerjaan tetapnya dan sepenuhnya menekuni bisnis direct selling.

7. Promosikan Langsung

Sebagus apa pun kemampuan dan bakat Anda, jika orang tidak mengenal dan melihat manfaatnya, tidak bakal ada order untuk Anda. Maka hukumnya super wajib untuk mempromosikan secara langsung ketrampilan-ketrampilan tersebut. Beritahu setiap teman, kenalan, termasuk atasan, bahwa Anda punya penawaran jasa atau produk tertentu. “Friend, aku bisa bikin proposal, bikin taman, bikin patung, bikin lukisan, ada order..?!” Tahukah Anda, banyak program bisnis penjualan langsung yang sukses dengan cara penawaran dari, ke, dan melalui orang-orang sekitar.

Jika Anda punya arsip karya atau model pesanan barang yang sudah jadi, sekali waktu bawalah dan tunjukkan ke rekan-rekan atau kolega Anda. Rekan saya Charles Aluwi, punya kisah menarik. Awalnya dia direkrut sebuah media cetak dengan posisi wartawan. Namun karena ke mana-mana ia suka bawa contoh-contoh karya fotografinya, akhirnya ia ditetapkan sebagai wartawan foto. Kesempatan ini jelas sangat menyenangkan baginya karena ia memimpikan mempunyai studio foto sendiri. Dan kini sambil mengerjakan tugas pokoknya sebagai wartawan foto, ia masih bisa menjalankan bisnis sampingannya sebagai fotografer freelance. Cara membawa contoh-contoh karya ini memang jauh lebih meyakinkan untuk memancing perhatian prospek.

8. Kartu Nama Bisnis

Bukan sekedar kartu nama biasa, tapi kartu nama yang menginformasikan jasa atau produk yang bisa Anda tawarkan (business card). Jangan ragu untuk punya 3-5 kartu bisnis, dan berikan kepada siapa saja. Selalu beri lebih dari satu kartu nama. “Yang ini buat you, yang satunya buat sobat kental you..!” Cara ini sering dipakai oleh Jimmy Siawira, seorang leader sukses dari Amway. Kartu dengan desain yang menarik serta seuntai kata promosional pasti memancing orang bertanya lebih jauh. Kartu seperti ini sangat efektif untuk menarik perhatian orang yang baru dikenal sekalipun.

Seorang pelaku bisnis MLM yang mengawali bisnisnya di Amerika mengaku sangat suka menyebarkan kartu-kartu bisnis di tempat-tempat keramaian seperti di stadion olah raga. Saat penonton bersorak, ia sebarkan kartu-kartu bisnisnya yang bertuliskan “Jika uang bukan lagi masalah bagi Anda, buang kartu nama ini”. “Tak berapa lama setelahnya, selalu saja ada yang merespon,” kata MLM-er ini. Berikutnya ia tinggal melanjutkan dengan sebuah pertemuan untuk memprospek si penelepon.

Pebisnis lepas lain punya kebiasaan meninggalkan kartu nama bisnisnya di tempat-tempat umum seperti warnet, wartel, tempat antrean, di gedung bioskop, atau di toko-toko buku, dll. Jika mereka bertanya atau menelepon, silahkan diprospek.…Anda bisa menggunakan teknik ini untuk hampir semua jenis bisnis sampingan.

9. Mintalah Referensi

Kadang teman atau kolega saat itu lagi tidak butuh penawaran Anda. Tapi jangan lewatkan kesempatan untuk tetap mendapatkan kesempatan bisnis. Galilah informasi itu, karena jika Anda diam, Anda tidak akan mendapatkan informasi berharga. Ingat, mereka juga punya relasi atau orang-orang dekat lainnya yang berpotensi menjadi klien Anda. Maka jangan rikuh atau sungkan untuk minta referensi. “Friend, di kantor ada yang butuh dibantuin bikin pidato atau nulis makalah? Kasih tau aku ya...” Referensi merupakan kanal bisnis termurah yang paling banyak dimanfaatkan oleh para pebisnis berbasis relasi, namun yang paling tidak dimaksimalkan oleh mereka yang baru saja belajar berbisnis. Jadim jangan hanya bersikap pasif menunggu kolega atau teman mereferensikan bisnis Anda. Mulai sekarang, biasakan untuk aktif meminta referensi, dan Anda akan makin banyak mendapat peluang bisnis.

10. Menu Bicara

Proyek-proyek atau bisnis sampingan harus digali dan ditemukan. Jika pasif, makin sedikit peluang bisnis datang. Maka setiap kali bertemu teman, kenalan baru, atasan, kolega bisnis, jangan sungkan-sungkan dan selalu sempatkan bertanya, “Ada BS (Bisnis Sampingan), ndak?” “Apa yang bisa diobyekin, nih?” Jadikan pertanyaan ini sebagai semacam password, menu pembuka sekaligus menu penutup setiap bertemu kawan atau relasi. Jadikan diri Anda identik dengan peluang bisnis, maka otomatis peluang bisnis itu akan benar-benar mengalir kepada Anda. Siapa pun akan suka berdekatan dengan orang yang berpotensi memberikan peluang penghasilan ekstra.

Rekan saya sangat sering mendapatkan order pembelian hanya karena sering memancing kami-kami ini sebagai temannya untuk terus-terusan menyinggung masalah bisnis. Ia paling suka mentraktir kami, dan meminta kami bercerita apa saja terutama yang berbau-bau urusan bisnis atau proyek di kantor masing-masing. Pembicaraan seperti ini memang lebih menggairahkan, dan ternyata kita dibuat lebih aware dengan bermacam peluang bisnis.

11. Problem Solver

Di balik setiap keluhan dan problem, pasti ada peluang bisnis. Karena itulah dasar hukumnya penawaran dan permintaan. Maka, jadilah pendengar yang baik, sekaligus “Dewa Penolong” bagi mereka yang sering mengeluh atas hal-hal tertentu. “Waduh, komputerku kok lambat banget ya..” keluh bos Anda misalnya. Jika Anda punya teman yang trampil, rekomendasikan namanya dan dapatkan komisi dari order yang Anda berikan kepadanya. Jika Anda sendiri mampu; “Bos..kayaknya 30% onderdilnya perlu diganti deh. Biar saya aja yang servis… biayanya segini!” Ingat, banyak orang takut tertipu dan tidak mau repot. Untuk menyelsaikan masalahnya, mereka lebih aman mengandalkan orang-orang dekat atau yang sudah dikenal dengan baik.

Masuk dalam lingkup ini adalah menjadi problem solver untuk masalah asuransi, keuangan, properti, atau kesehatan keluarga. Banyak orang ketika ingin mengambil program asuransi lebih suka bertanya kepada orang yang dikenalnya. Begitu juga untuk investasi atau properti, mereka membutuhkan financial planner atau konsultan properti yang relatif lebih mereka kenal dan bereputasi baik. Untuk urusan kesehatan, tak jarang orang mengonsumsi food supplement atau barang-barang unik lainnya yang dijual dengan sistem direct selling atau MLM. Lagi-lagi, orang-orang terdekat atau yang sudah dikenal di bisnis ini biasanya dijadikan andalan.

Jadi, di sini Anda tetap bisa menekuni pekerjaan utama sambil memperluas tawaran produk dan jasa dengan penghasilan tambahan yang lumayan. Maka selalu bersiaplah sebagai orang yang bisa memberi solusi, tapi tidak gratis!

12. Pialang

Bagi penggemar bisnis sampingan, setiap waktu proyek berseliweran di depan hidung. Sekecil apa pun hasilnya, biasanya diambil. Selain untuk memperbanyak jam terbang, juga karena keyakinan bahwa proyek kecil biasanya mengundang proyek besar. Ini memang kredo para wirausahawan. Relasi bisnis tertentu membawa rombongan relasi bisnis lainnya di belakangnya. Jadi sekecil apa pun kesempatannya, itu selalu bagus untuk dicoba atau setidaknya Anda bisa menjadi pialang proyek.

Semisal ada peluang proyek datang menghampiri anda. Sayangnya, proyek tersebut di luar kompetensi atau tidak membutuhkan ketrampilan yang Anda miliki. Ingat, jangan pernah lepas begitu saja. Tugas Anda hanyalah membantu menemukan orang yang cocok untuk mengerjakan proyek tersebut. “Saya bisa bantu, beri waktu sehari….” Kemudian, silakan membawa order proyek itu kepada ahlinya, dan Anda pun berhak atas komisi antara 15-20%. “DILARANG KERAS MENOLAK PROYEK!!!” inilah hukum besi pemburu extra money.

13. Kolektor Kartu Nama

Di setiap kartu nama yang Anda peroleh dari siapa pun, tercantum sekurang-kurangnya satu potensi bisnis sampingan. Agen asuransi, distributor MLM, agen properti, agen kartu kredit, adalah pengoleksi kartu nama terbaik di jagad penjualan. Bagi mereka, kartu nama sama dengan prospek, dan ini berarti peluang mendapat komisi penjualan yang lebih besar. Banyak pemilik kartu nama tidak menyadari bahwa ada bisnis yang bisa digali dari setiap kenalan tersebut. Apalagi kalau Anda bisa menawarkan barang atau jasa yang mereka butuhkan, atau minimal yang dibutuhkan oleh perusahaan mereka.

Koleksi kartu nama akan selalu jadi sumber ide, sumber inspirasi, sumber relasi dan referensi bisnis, dan ujung-ujungnya tetaplah suatu peluang bisnis. Suatu saat, ketika Anda kehabisan prospek, sepi order, atau menginginkan bisnis baru, carilah itu dari koleksi kartu nama Anda. Jika Anda menyadari betul manfaatnya, Anda akan takjub dengan potensi tumpukan kartu nama tersebut. Maka, Anda wajib memberi kartu nama bisnis Anda, sebaliknya wajib pula meminta kartu nama siapa pun yang Anda temui. Tidak boleh tidak!

14. Mendatangi Pameran

Sawah ladang bisnis sampingan dan segala macam bisnis umumnya adalah kerumunan orang banyak. Jadi, jangan lewatkan undangan pernikahan, selamatan, diskusi, seminar, rapat akbar, kampanye, kursus, lokakarya, konferensi, lomba lari maraton, pameran produk kerajinan, pameran buku, baik yang gratis maupun yang bayar. Dalam sekali acara pameran perdagangan, Anda bisa mengumpulkan sekurang-kurangnya 10-20 kartu nama. Hampir semua pemilik kartu nama dalam pameran bisnis adalah orang-orang yang siap 24 jam untuk diajak berbisnis. Maka tidak ada alasan bahwa Anda sulit mencari peluang bisnis.

Tidak percaya? Coba saja cara-cara ini. Semisal Anda punya kamera dan bagus dalam urusan potret-memotret. Berarti segala macam pameran selalu menjadi tambang emas bagi Anda. Begitu banyak orang yang ingin diabadikan dalam peristiwa-peristiwa khusus seperti itu, tetapi mereka tidak cukup persiapan dengan peralatannya. Nah, orang-orang seperti ini biasanya mau membayar sedikit lebih mahal jika keinginannya dipenuhi. Acara-acara seperti itu benar-benar menjadi sumber penghasilan yang berlimpah bagi para fotografer lepas.

15. Lakukan Sekarang Juga!

Tidak ada alasan menunda, Anda harus mencoba. Mulai detik ini, milikilah keberanian menjual ide, gagasan, mimpi, kemampuan, ketrampilan, dan pengalaman Anda. Galilah peluang bisnis setiap ada kesempatan dan di mana saja hal itu memungkinkan. Jika belum berani memasang tarif, coba barter dengan barang-barang kesukaan Anda. Jika berhasil dan orang puas, dan Anda makin percaya diri untuk berbisnis, mulailah menetapkan tarif. Awalnya berjalanlah dengan prinsip “iseng-iseng berhadiah”. Nothing to lose! Jika penghasilan ekstra mulai mengalir, Anda akan temukan suatu kegairahan baru yang tiada tara